Premis.ID – Nadiem Makarim melakukan langkah dramatis dan kontroversial terkait tes masuk perguruan tinggi negeri.
Nadiem Makarim menghapus mata pelajaran (mapel) sains teknologi dan sosial humaniora dari mata pelajaran yang diujikan di UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk PTN).
Keputusan Nadiem Makarin itu mengundang kritik dari berbagai kalangan, salah satunya pengamat pendidikan Alfanny dalam rilis yang diterima redaksi pada Rabu 7 September 2022.
Alfanny menilai keputusan tersebut diambil tergesa-gesa tanpa riset dan evaluasi yang mendalam dan serius.
“Adalah sebuah ironi bagi Indonesia yang bermimpi ingin menjadi negara industri maju, tapi malah menghapus mapel sains dan teknologi dari mapel yang diujikan di UTBK”, tandas Alfanny yang juga merupakan alumni Ilmu Sejarah Universitas Indonesia.
Menurut Alfanny, penghapusan mapel sosial humaniora seperti sejarah, sosiologi, geografi dan ekonomi juga kontraproduktif dengan “nation and character building”.
“Bagaimana Negara bisa membangun masyarakat yang mandiri, toleran dan cinta tanah air bila mapel sosial humaniora malah dihapus dari UTBK?” gugat Alfanny yang juga merupakan alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Indonesia.
Alfanny mendesak Mendikbud Ristek segera membatalkan keputusannya tersebut dan mengembalikan mapel sains teknologi dan sosial humaniora dalam mapel yang diujikan di UTBK.
“Saya khawatir keputusan kontroversial Mendikbud tersebut akan semakin menurunkan tingkat kepercayaan terhadap Presiden Jokowi,” tandas Alfanny yang juga menjadi fungsionaris Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Pusat.
“Presiden harus segera mereshuffle Nadiem dari Mendikbud. Pos mendikbud ristek harus diisi figur yang berlatar belakang dunia pendidikan dan memahami seluk-beluk dan dinamika dunia pendidikan,” tutupnya.***